Haloo,
i’ve decided to write out my internship lyfe here since it was my choice that
never ever regret. Here you are..
Jadi
keputusan untuk internship ini saya putuskan saat saya sedang mengantri di
depan teller. Saat itu untuk membunuh
waktu, antrian yang begitu panjang, saya mencoba scrolling timeline twitter sampai saya menemukan sebuah thread dari
seorang dosen wali yang sukses membuat saya memutar haluan..
Thread
itu menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Membuat para fresh graduate yang tidak memiliki exposure/experience apa-apa menyernyit
ketakutan. Begitu pula saya. Selama menjalani masa kuliah, saya paham bahwa
keikutsertaan dalam organisasian itu perlu. Maka saya pun sudah menyimpan porsi
untuk hal tersebut. Saya aktif dalam organisasi himpunan jurusan dari semester 3
sampai semester 5. Di awal semester 6 saya juga ditawari ikutserta dalam BEM universitas,
namun saya menolaknya karena saat itu saya sedang memfokuskan diri dalam
perlombaan debat yang sampai hari ini saya sangat bersyukur karena memberanikan
diri terjun dalam kegiatan tersebut. Singkat cerita, saya memutuskan untuk
habis-habisan dalam menyelesaikan tugas akhir saya.
Sejauh ini saya tidak
mengalami hambatan yang begitu berarti dalam hal tugas akhir. Saya mendapatkan
keberuntungan dalam hal ini. Judul yang saya pilih adalah judul tugas mata
kuliah metopen (metodelogi penelitian) di semester 6 lalu. Saat mencari judul
skripsi, saya melakukan cross check terhadap judul-judul skripsi yang
sudah diambil oleh kakak tingkat dan Holla! Setelah memeriksa ratusan
judul yang sudah di print out, saya tidak menemukan judul yang sama seperti judul tugas
metopen saya. Saya pun mengambil langkah cepat untuk mengajukan judul tersebut dan Yeep! Judul saya langsung di acc dan saya sangat bersyukur untuk
itu..
Saya
melupakan liburan semester genap untuk mengejar pengajuan skripsi lebih cepat
sebelum saya terjun dalam kegiatan KKN. Tuhan sangat memberkati saya. 3 minggu
sebelum masa KKN dimulai, saya sudah lepas dari satu tahap dalam jeratan
semester akhir : proses pengajuan judul.
Saya pun
dapat menjalani KKN tanpa memikirkan judul skripsi lagi. Namun mendekati masa
KKN, thread dosen wali itupun menghampiri saya. Dengan rasa putus asa membayangkan
CV saya akan kosong tanpa pengalaman apapun, saya pulang melewati jalanan yang
panjang sambil merenung langkah apa yang harus saya ambil untuk menyelesaikan
masalah ini. Saya bertanya ke beberapa kenalan masalah internship ini. Nyatanya
memang di jurusan saya, internship bukanlah sebuah keharusan. Ini hanya opsi
yang dapat diambil mahasiswa jika mereka menginginkannya. Saya sampai ke
keputusan bahwa saya harus melakukan internship selepas KKN. Semester 7 ini
mata kuliah hanya tinggal 2, hari-hari saya akan sangat membosankan dan dipastikan saya akan melewati hari dengan bermalas-malasan dan membuang-buang
waktu yang berharga. Oleh karena itu, saya memantapkan diri untuk mengikuti
program internship. Pilihan saya jatuh pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lhokseumawe.
Karena lokasi
KKN yang tidak begitu jauh, sekitar 40-50 menit waktu tempuh dari lokasi
kampus, jadi kami pun diberikan maksimal 2 kali dalam seminggu untuk izin masuk
kampus dikarenakan masih ada mata kuliah yang tersisa. Saya memanfaatkan waktu
tersebut untuk observasi lokasi magang dan mengurus segala keperluan
administrasi seperti surat rekom yang sangat susah didapatkan.
Membutuhkan
waktu yang lama dan menguras emosi dalam mengurus surat tersebut. Saya sampai
di titik sangat frustasi dan putus asa. Tersedu-sedu sepanjang jalan sambil
mengutuk diri dalam-dalam. Merenung di depan lautan lepas di tengah hari yang
panas sambil menguatkan diri bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja dan saya
pasti bisa melewati semuanya. Saya pun tersenyum dan bersemangat kembali.
Segala urusan selesai di minggu-minggu terakhir masa KKN saya. Tuhan
benar-benar memberkati saya, kan? Surat resmi dari kantor pun sudah saya
terima. 5 hari setelah KKN berakhir, saya pun masuk kantor. Saya mengambil waktu
1 bulan untuk kegiatan ini. Namun di akhir masa, para karyawan di seksi saya bekerja meminta perpanjangan waktu. Jadilah masa internship saya selama 2 bulan.
Saya
menyemangati diri bahwa ini adalah keputusan yang baik. menghindari
pikiran-pikiran negatif yang membuat saya down. Menjalani hari-hari yang menyuguhkan
berbagai kejutan. Di awal internship, saya sangat terkejut. Melihat realita
dunia kerja yang menuntun kita, manusia, seperti robot. Melakukan pekerjaan
yang berulang-ulang setiap hari dengan jam kerja yang padat. Saya menghela
napas panjang. Ironis memang. Terlintas di benak saya, jadi tujuan dari hidup
ini sebenarnya apa? Apa yang dikejar? Kenapa kita melakukan semua ini yang pada
akhirnya akan kita tinggalkan karena harus berpindah alam secara terpaksa? Lalu
semua ini untuk apa?
Kejadian
ini sangat membuat saya stres akan realita. Menghadapi kenyataan bahwa inilah
yang akan saya lakukan sebentar lagi. Tekanan lain datang saat mendapati bahwa
banyak teman-teman di kantor yang seusia saya namun sudah berpenghasilan tetap.
Menyandang gelar karyawan kantor dengan tangan menari-nari di atas keyboard
komputer melakukan tugasnya. Dimana saya, teman sebayanya, memandang iri sambil
membatin, betapa beruntungnya kamu. Namun tak lama menghela nafas panjang.
Tidak. Saya juga kelak akan begitu. Saya hanya perlu berusaha lebih keras.
Mendaki lebih tinggi. Mereka juga sudah melewati masa sulit itu dahulu.
Perbedaannya hanya pada waktu. Jika saya lebih giat, saya juga akan berada pada
titik tersebut. Ini adalah salah satu hal yang saya suka dari diri saya.
sef-motivate yang tinggi dan pantang menyerah walau sedetik sebelumnya saya
putus asa dan mengeluh lelah.
Saya
tidak pernah menyesal memilih jalan ini. Kegiatan ini makin menguatkan pondasi
saya untuk berdiri lebih kuat. Seperti alarm yang menggema untuk tidak lagi
membuang-buang setiap detik jarum jam yang berdetak. Melakukan yang terbaik dan
terus mencoba hal-hal baru. Di sini saya bertemu dengan orang-orang hebat
dengan latar belakang dan perjuangan yang berbeda-beda. Semua orang memiliki
cerita masa sulit. Kamupun begitu. Mereka berbondong-bondong
mengedukasi saya, memberikan titik terang kemana saya harus melangkah setelah
menyelesaikan studi saya. mereka menerima saya layaknya seperti karyawan
lainnya. Memperlakukan saya dengan baik. Menghormati pekerjaan saya, memaklumi
kesalahan yang saya buat karena kecerobohan saya.
Saya
sangat senang memulai pagi dengan senyum lepas. Bangun di pagi hari dan memulai
aktivitas seperti layaknya yang orang dewasa lakukan. Pulang petang sambil
me-review hari yang panjang di sepanjang perajalanan pulang. Saya sangat
bersyukur atas setiap kenikmatan yang masih bisa saya terima. Terkadang, hidup
benar-benar berjalan dengan berat, namun bagaimana kita bertahan adalah poin
pentingnya. Bagaimana kita bersyukur. Bagaimana kita menyelesaikan masalah.
Bahkan bagaimana kita merelakan sesuatu yang sangat kita harapkan namun tak
bisa kita dapatkan. Begitulah bagaimana kita ditempa menjadi orang yang kuat.
Saat bertanya sebenarnya tujuan dari hidup ini apa. mengapa kita melakukan hal yang repetitive bahkan hal yang tidak kita sukai demi bertahan hidup dan kelak akan hilang tanpa mengucapkan salam perpisahan, Mengapa kita harus diciptakan sampai harus mengalami hal pahit, ketidakpastian dan ketidakadilan sampai akhirnya harus menderita. Saya tiba di satu kesimpulan :
Sebenarnya tujuan dari hidup, tujuan Tuhan menciptakan kita berbeda-beda, tinggi dan rendah, terang dan gelap, berkecukupan dan kekurangan, lahir di daratan yang berjauhan, memakai jenis kain yang berbeda dan bahkan berjalan ke arah Tuhan yang berbeda, semua itu diciptakan agar kita dapat menghargai perbedaan. Tujuan dan esensi dari hidup ini adalah bagaimana kita yang tinggi dapat merangkul yang rendah. Memberikan kehidupan bagi yang kekurangan bahkan mendekatkan diri dengan mereka yang jauh dan berbeda pandangan. Bagaimana kita dapat berguna bagi orang lain adalah yang terpenting dari hidup. Saya pikir, itulah mengapa tuhan menciptakan perbedaan di setiap makhluk ciptaannya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar