2019 was so colourful
for me, so here’s the resume..
Januari
Saya memulai tahun dengan perasaan damai. Katanya,
untuk memulai sesuatu yang baru, kita harus terlebih dahulu memaafkan keadaan. Hati
yang lapang akan membawa energi yang positif..
Saya
menyapa orang-orang terdekat, mengucapkan terima kasih karena sudah bersama
melewati peliknya hidup. Mengucapkan terima kasih atas hal baik bahkan buruk
yang saya yakini membuat saya belajar untuk bertahan. 2018 sangat menguras
emosi. Keputusasaan, kekecewaan, pengkhianatan, kesabaran, bahkan bercampur
menjadi luka. Namun dibalik semua pilu, saya bertahan sekuat tenaga.
Di bulan
Januari saya pergi berlibur bersama teman. Menghabiskan waktu bersama teman di
tengah tuntutan ruamnya kehidupan. Namun, bulan januari berakhir pilu. Saya memberanikan
diri bertanya ‘arti saya’ kepada seseorang yang begitu saya kagumi sepenuh
hati. Seseorang yang mengulurkan tangannya saat saya jatuh tersungkur. Seseorang
yang akhirnya menjawab sendu. ‘we just friend’. Saya pikir semua telah
berakhir. Kami berhenti melangkah tepat di malam itu. Namun, ia kembali
melambai, tersenyum lebar penuh kehangatan..
Februari
Bulan ini berjalan
pelan tanpa hal yang begitu terkenang oleh memori ingatan. Seperti biasa,
februari syahdu berjalan pelan dan melambai mesra..
Maret
Salah seorang dosen
saya mengirimkan pesan yang sampai hari ini sangat saya syukuri. Ia menawarkan
untuk mengikuti kompetisi debat. Saya bergejolak namun berhenti sesaat. Rasa takut
akan mengecewakan meredupkan semangat saya. Apa saya bias? Apa saya pantas?
Seorang
teman menepuk pelan sambil berkata, ‘it’s your time, take it slowly’
Saat itu juga saya membulatkan tekad untuk berdiri
tegak. Membusungkan dada, menjemput takdir. Saya melewati Maret dengan penuh
harapan. Sayup-sayup angin menemani saya melewati hari-hari yang berat. Saya terus
menyebut nama seseorang. Bercerita dengan sendu seolah ia duduk di samping,
mendengarkan dengan serius. Lalu ia tersenyum sambil berkata, ‘u have do ur
best. Gapapa, nanti kita coba lagi.’
Angin laut menepuk pelan menyadarkan saya. Tidak. Sekarang
saya sedang duduk sendirian memandangi air laut yang tenang..
Maret
begitu memeluk saya erat. Menyeret saya dalam gemerlap kemenangan yang tak
pernah saya bayangkan. Air mata haru mengantarkan berkah yang tak ternilai. Saya
berdiri percaya diri dengan senyum yang paling lebar. Ah, masih terlintas di
ingatan saya, langit senja yang begitu hangat. Saya tersenyum memandang sesaat,
‘I did it, kan?
April
April begitu baik
kepada saya. Walaupun saya menangis mengutuk diri sepanjang jalan. Namun April
tetap merangkul erat. Menggandeng mesra mengantarkan saya ke podium harapan
yang tak pernah terucap.
Bulan
April begitu spesial. Lika-liku begitu menjerat namun satu hal yang pasti; saya
berhasil melewatinya bukan? Stress, merasa rendah, lelah, tidak percaya diri,
khawatir yang berlebih mencengkram saya. Namun saya berhasil melepaskan diri. Berlari
cepat menjauh dari ketidaknyamanan.
Mei
Tidak terlalu terekam
apa yang terjadi di bulan Mei. Namun, awal Mei saya diberikan kesempatan
bertemu orang-orang hebat yang tak terlupakan.
Juni
Ramadhan
melambai penuh haru pada bulan Juni. Saya hanya melewati seminggu libur setelah
lebaran. Padahal rentetan libur panjang mengantri di kalender. Namun saya harus
bergegas cepat, kembali ke rutinitas. Menghadapi hari-hari berat..
Juli
Juli 2019 takkan
pernah saya lupakan. Begitu lelah saya memperjuangkannya sampai akhirnya
berhasil merengkuh mesra. Walaupun bercucur pilu. Juli mengantar saya terbang
lebih dekat dengan langit. Melihat gumpalan awan yang bersatu padu menghias
indah. Saya tersenyum memandang keluar, ‘see? Nw bisa kan?
Rasanya
sangat membahagiakan bukan? Akhirnya menjadi kenyataan..
Agustus
Bulan
Agustus penuh harap. Setelah melewati masa-masa berat, kini berjejer antrian ‘masalah-masalah’
lainnya. Bukankah ini alasan mengapa kita menjadi kuat? Bertahan tegap melawan
badai?
Saya
kembali ke realita. Menapak cepat menggapai cita-cita. Tugas akhir kuliah sudah
menanti sambil mengucapkan salam. Saya mencuri start dengan memulai lebih
cepat. Saya teringat saat saya harus berusaha lebih keras dalam judul skripsi. Sepanjang
jalan saya bersedih diri, merasa lelah mencoba. Namun tak lama pesan darimu
tiba-tiba muncul. Kalimat-kalimat yang saya harapkan. Terima kasih telah
membuat saya percaya diri..
September
Setelah drama judul
skripsi yang panjang, akhirnya saya menang tanpa harus bersimpuh penyesalan. Ya.
Saya menang.
September
menjadi bulan dimana saya harus bertemu dan tinggal bersama orang baru. Berbagai
kejutan menghampiri tanpa henti. Hal-hal aneh terjadi silih berganti. Hal-hal
yang tak pernah saya bayangkan. Namun realita lebih memusingkan lagi. Di bulan
September saya harus kembali bergelut memperjuangkan cita-cita. Berusaha berlari
agar cepat sampai. Saya mengurus surat magang agar memenuhi paragraf di CV
saya. Walaupun begitu penuh drama, akhirnya saya kembali menang. Sesuai target,
saya bisa magang begitu selesai KKN.
Oktober
Oktober
datang begitu cepat. Seperti ia sudah paham bahwa saya menantikannya. Saya berhasil
magang di sebuah institusi pemerintah. Bertemu orang-orang baru yang menyambut
saya dengan hangat. Menyapa dam tersenyum ramah saat berpas-pasan di koridor
kantor. Saya begitu bersyukur.
Saat itu realita kehidupan orang dewasa menampar
saya. Seolah menyadarkan bahwa beginilah keadaan sesungguhnya. Awalnya saya
terkejut dan frustasi. Namun, apa lagi yang bisa saya lakukan? Kita tidak bisa
berlari menghindar bukan? Menghindar hanya menimbulkan rentetan masalah baru. Satu-satunya
jalan adalah menghadapinya dengan sekuat tenaga.
Ah, saya teringat ketika kamu kembali menyapa. Mendengar
seksama cerita panjang keseharian saya. Menasehati saya ini itu seolah kamu ibu
saya. Rasanya sangat bahagia. Sumpah. Itu menjadi percakapan terpanjang kita.
November
Saya tidak terlalu ingat apa yang terjadi di
bulan ini. Saya melanjutkan kontrak magang atas permintaan atasan saya,
melewati hari-hari dengan penuh semangat. Sambilan magang saya mengerjakan
skripsi dengan disemangati oleh atasan-atasan saya. Saya belajar banyak dari
mereka. Canda gurau mengisi hari-hari sampai dimana hari perpisahan menyambut
dan menyeret saya pergi..
Desember
Saya mencintai
Desember dengan segala kehangatannya. Desember menemani saya menggarap skripsi
dengan penuh semangat. Tak ada yang begitu menghambat. Semua berjalan sesuai
yang saya harapkan. Namun tidak tentang kamu.
Saya sedih
ketika kamu tidak tahu hari besar saya. Saya teringat ketika saya menangis
tersedu-sedu melewati jalan Medan-Banda Aceh di tengah hujan yang lumayan
deras. Saat itu saya dalam perjalanan kembali ke kota dimana saya berkuliah. Saya
terisak-isak sambil marah-marah mempertanyakan berbagai macam hal kepada tuhan.
‘why
it’s really hard for us to end up together?’
Saya terus bertanya ditengah rintikan hujan. Setalah
kejadian itu, saya mencoba menyibukkan diri dengan tugas akhir. Mencoba melarikan
diri sekuat tenaga. Menghapus perlahan memori indah tentang kamu.
Sampai suatu hari, saya terkejut saat bangun tidur
di pagi hari. Tak percaya dengan apa yang ditampilkan di layar ponsel saya. Kamu
mengirimkan pesan yang sampai hari ini tersimpan jelas di memori ingatan saya. Mata
saya berkaca-kaca membaca pesan itu. Isi pesan yang sangat menggambarkan diri
kamu.
Saat saya menulis ini, percayalah saya tersenyum
bahagia mengingat isi pesan tersebut. Akhirnya kamu berhasil meraih apa yang
kamu impikan. Kini kamu berada di tempat dimana harusnya kamu berpijak. Isi pesan
tersebut kini menjadi kenyataan. Walaupun hari ini kini kita tidak lagi
bertegur sapa, tapi saya sangat ingin mengucapkan selamat. Selamat atas kerja
keras dan semangat pantang menyerahmu. Kini kamu sudah berada di tempat yang
kamu impikan. Saya sangat bahagia akan hal itu..
2019 begitu memberikan kejutan penuh warna. Jalan
panjang yang saya lalui tak sepenuhnya berkabut. Pelangi yang melengkung indah
masih menunggu di garis akhir. Namun untuk sampai kesana, saya harus melewati
hujan badai kan? Sesekali langit biru muncul setelah hujan deras dengan guntur.
Cahaya matahari memberikan kehangatan seolah ia paham sepanjang berjalan tadi
saya mengigil meminta pertolongan. Ayo, jangan sampai jatuh tersungkur. Kita
masih harus berjalan melalui tahun-tahun berikutnya..
Ps. Meskipun tulisan ini saya up di tahun 2021,
namun sebagian tulisan telah saya rangkum sedikit demi sedikit dari awal tahun
2020. Ketika hari ini saya menemukan tulisan ini kembali di buku catatan saya,
terlintas di fikiran saya untuk melanjutkannya kembali dan mengaupload di blog
ini.