My title page contents

Minggu, 31 Januari 2021

SUMMARY OF 2019


2019 was so colourful for me, so here’s the resume..

 

Januari

     Saya memulai tahun dengan perasaan damai. Katanya, untuk memulai sesuatu yang baru, kita harus terlebih dahulu memaafkan keadaan. Hati yang lapang akan membawa energi yang positif..

    Saya menyapa orang-orang terdekat, mengucapkan terima kasih karena sudah bersama melewati peliknya hidup. Mengucapkan terima kasih atas hal baik bahkan buruk yang saya yakini membuat saya belajar untuk bertahan. 2018 sangat menguras emosi. Keputusasaan, kekecewaan, pengkhianatan, kesabaran, bahkan bercampur menjadi luka. Namun dibalik semua pilu, saya bertahan sekuat tenaga.

      Di bulan Januari saya pergi berlibur bersama teman. Menghabiskan waktu bersama teman di tengah tuntutan ruamnya kehidupan. Namun, bulan januari berakhir pilu. Saya memberanikan diri bertanya ‘arti saya’ kepada seseorang yang begitu saya kagumi sepenuh hati. Seseorang yang mengulurkan tangannya saat saya jatuh tersungkur. Seseorang yang akhirnya menjawab sendu. ‘we just friend’. Saya pikir semua telah berakhir. Kami berhenti melangkah tepat di malam itu. Namun, ia kembali melambai, tersenyum lebar penuh kehangatan..

 

Februari

     Bulan ini berjalan pelan tanpa hal yang begitu terkenang oleh memori ingatan. Seperti biasa, februari syahdu berjalan pelan dan melambai mesra..

 

Maret

     Salah seorang dosen saya mengirimkan pesan yang sampai hari ini sangat saya syukuri. Ia menawarkan untuk mengikuti kompetisi debat. Saya bergejolak namun berhenti sesaat. Rasa takut akan mengecewakan meredupkan semangat saya. Apa saya bias? Apa saya pantas?

    Seorang teman menepuk pelan sambil berkata, ‘it’s your time, take it slowly’

     Saat itu juga saya membulatkan tekad untuk berdiri tegak. Membusungkan dada, menjemput takdir. Saya melewati Maret dengan penuh harapan. Sayup-sayup angin menemani saya melewati hari-hari yang berat. Saya terus menyebut nama seseorang. Bercerita dengan sendu seolah ia duduk di samping, mendengarkan dengan serius. Lalu ia tersenyum sambil berkata, ‘u have do ur best. Gapapa, nanti kita coba lagi.’

     Angin laut menepuk pelan menyadarkan saya. Tidak. Sekarang saya sedang duduk sendirian memandangi air laut yang tenang..

    Maret begitu memeluk saya erat. Menyeret saya dalam gemerlap kemenangan yang tak pernah saya bayangkan. Air mata haru mengantarkan berkah yang tak ternilai. Saya berdiri percaya diri dengan senyum yang paling lebar. Ah, masih terlintas di ingatan saya, langit senja yang begitu hangat. Saya tersenyum memandang sesaat, ‘I did it, kan?

 

April

   April begitu baik kepada saya. Walaupun saya menangis mengutuk diri sepanjang jalan. Namun April tetap merangkul erat. Menggandeng mesra mengantarkan saya ke podium harapan yang tak pernah terucap.

     Bulan April begitu spesial. Lika-liku begitu menjerat namun satu hal yang pasti; saya berhasil melewatinya bukan? Stress, merasa rendah, lelah, tidak percaya diri, khawatir yang berlebih mencengkram saya. Namun saya berhasil melepaskan diri. Berlari cepat menjauh dari ketidaknyamanan.

 

Mei

  Tidak terlalu terekam apa yang terjadi di bulan Mei. Namun, awal Mei saya diberikan kesempatan bertemu orang-orang hebat yang tak terlupakan.

 

Juni

   Ramadhan melambai penuh haru pada bulan Juni. Saya hanya melewati seminggu libur setelah lebaran. Padahal rentetan libur panjang mengantri di kalender. Namun saya harus bergegas cepat, kembali ke rutinitas. Menghadapi hari-hari berat..

 

Juli

    Juli 2019 takkan pernah saya lupakan. Begitu lelah saya memperjuangkannya sampai akhirnya berhasil merengkuh mesra. Walaupun bercucur pilu. Juli mengantar saya terbang lebih dekat dengan langit. Melihat gumpalan awan yang bersatu padu menghias indah. Saya tersenyum memandang keluar, ‘see? Nw bisa kan?

    Rasanya sangat membahagiakan bukan? Akhirnya menjadi kenyataan..

 

Agustus

   Bulan Agustus penuh harap. Setelah melewati masa-masa berat, kini berjejer antrian ‘masalah-masalah’ lainnya. Bukankah ini alasan mengapa kita menjadi kuat? Bertahan tegap melawan badai?

    Saya kembali ke realita. Menapak cepat menggapai cita-cita. Tugas akhir kuliah sudah menanti sambil mengucapkan salam. Saya mencuri start dengan memulai lebih cepat. Saya teringat saat saya harus berusaha lebih keras dalam judul skripsi. Sepanjang jalan saya bersedih diri, merasa lelah mencoba. Namun tak lama pesan darimu tiba-tiba muncul. Kalimat-kalimat yang saya harapkan. Terima kasih telah membuat saya percaya diri..

 

September

   Setelah drama judul skripsi yang panjang, akhirnya saya menang tanpa harus bersimpuh penyesalan. Ya. Saya menang.

  September menjadi bulan dimana saya harus bertemu dan tinggal bersama orang baru. Berbagai kejutan menghampiri tanpa henti. Hal-hal aneh terjadi silih berganti. Hal-hal yang tak pernah saya bayangkan. Namun realita lebih memusingkan lagi. Di bulan September saya harus kembali bergelut memperjuangkan cita-cita. Berusaha berlari agar cepat sampai. Saya mengurus surat magang agar memenuhi paragraf di CV saya. Walaupun begitu penuh drama, akhirnya saya kembali menang. Sesuai target, saya bisa magang begitu selesai KKN.

 

Oktober

   Oktober datang begitu cepat. Seperti ia sudah paham bahwa saya menantikannya. Saya berhasil magang di sebuah institusi pemerintah. Bertemu orang-orang baru yang menyambut saya dengan hangat. Menyapa dam tersenyum ramah saat berpas-pasan di koridor kantor. Saya begitu bersyukur.

  Saat itu realita kehidupan orang dewasa menampar saya. Seolah menyadarkan bahwa beginilah keadaan sesungguhnya. Awalnya saya terkejut dan frustasi. Namun, apa lagi yang bisa saya lakukan? Kita tidak bisa berlari menghindar bukan? Menghindar hanya menimbulkan rentetan masalah baru. Satu-satunya jalan adalah menghadapinya dengan sekuat tenaga.

   Ah, saya teringat ketika kamu kembali menyapa. Mendengar seksama cerita panjang keseharian saya. Menasehati saya ini itu seolah kamu ibu saya. Rasanya sangat bahagia. Sumpah. Itu menjadi percakapan terpanjang kita.

 

November

    Saya tidak terlalu ingat apa yang terjadi di bulan ini. Saya melanjutkan kontrak magang atas permintaan atasan saya, melewati hari-hari dengan penuh semangat. Sambilan magang saya mengerjakan skripsi dengan disemangati oleh atasan-atasan saya. Saya belajar banyak dari mereka. Canda gurau mengisi hari-hari sampai dimana hari perpisahan menyambut dan menyeret saya pergi..

 

Desember

   Saya mencintai Desember dengan segala kehangatannya. Desember menemani saya menggarap skripsi dengan penuh semangat. Tak ada yang begitu menghambat. Semua berjalan sesuai yang saya harapkan. Namun tidak tentang kamu.

    Saya sedih ketika kamu tidak tahu hari besar saya. Saya teringat ketika saya menangis tersedu-sedu melewati jalan Medan-Banda Aceh di tengah hujan yang lumayan deras. Saat itu saya dalam perjalanan kembali ke kota dimana saya berkuliah. Saya terisak-isak sambil marah-marah mempertanyakan berbagai macam hal kepada tuhan.

          ‘why it’s really hard for us to end up together?’

     Saya terus bertanya ditengah rintikan hujan. Setalah kejadian itu, saya mencoba menyibukkan diri dengan tugas akhir. Mencoba melarikan diri sekuat tenaga. Menghapus perlahan memori indah tentang kamu.

     Sampai suatu hari, saya terkejut saat bangun tidur di pagi hari. Tak percaya dengan apa yang ditampilkan di layar ponsel saya. Kamu mengirimkan pesan yang sampai hari ini tersimpan jelas di memori ingatan saya. Mata saya berkaca-kaca membaca pesan itu. Isi pesan yang sangat menggambarkan diri kamu.

   Saat saya menulis ini, percayalah saya tersenyum bahagia mengingat isi pesan tersebut. Akhirnya kamu berhasil meraih apa yang kamu impikan. Kini kamu berada di tempat dimana harusnya kamu berpijak. Isi pesan tersebut kini menjadi kenyataan. Walaupun hari ini kini kita tidak lagi bertegur sapa, tapi saya sangat ingin mengucapkan selamat. Selamat atas kerja keras dan semangat pantang menyerahmu. Kini kamu sudah berada di tempat yang kamu impikan. Saya sangat bahagia akan hal itu..

 

2019 begitu memberikan kejutan penuh warna. Jalan panjang yang saya lalui tak sepenuhnya berkabut. Pelangi yang melengkung indah masih menunggu di garis akhir. Namun untuk sampai kesana, saya harus melewati hujan badai kan? Sesekali langit biru muncul setelah hujan deras dengan guntur. Cahaya matahari memberikan kehangatan seolah ia paham sepanjang berjalan tadi saya mengigil meminta pertolongan. Ayo, jangan sampai jatuh tersungkur. Kita masih harus berjalan melalui tahun-tahun berikutnya..

 

 

Ps. Meskipun tulisan ini saya up di tahun 2021, namun sebagian tulisan telah saya rangkum sedikit demi sedikit dari awal tahun 2020. Ketika hari ini saya menemukan tulisan ini kembali di buku catatan saya, terlintas di fikiran saya untuk melanjutkannya kembali dan mengaupload di blog ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar