My title page contents

Selasa, 26 Maret 2019

kebucinanku~


Saat aku menulis ini, "Celengan Rindu" dari Fiersa Besari terasa begitu nyaring. Menyeretku ke dalam pelukan memori tentangmu...


Aku terus mencoba memikirkan berbagai hal yang bisa ku katakan kepadamu saat itu. Namun semua yang kulakukan hanya duduk terdiam dan memandangi dari belakang. Merasa bahagia karena orang yang kukagumi sekarang berada hanya dalam hitungan cm dariku. Aku bahkan mengulurkan tanganku, mencoba menghitung jarak antara kau dan aku. 

Dan menyadari bahwasanya kini kita hanya sejarak tanganku saja. Lalu aku tersenyum.

Kamu terus mengalihkan perhatianmu ke lautan lepas. Memandangi cakrawala yang hampir tenggelam. Sementara aku terus melempar senyum kearahmu, wujud bersyukurku. Memerkan pada air laut yang sedang tenang, aku sedang bersama dengan orang yang kukagumi, lho

Saat aku menulis ini, aku menyadari bahwa kita ditakdirkan untuk mengulangi hal yang sama. Melihat lautan yang tenang, lagi.

Namun satu hal yang tidak terulang.

Kita terus berdiam. Terpaku dan tak berdaya. Tenggelam dalam asumsi fiktif masing-masing. Jika mengingat saat itu, betapa aku kesal dan menyesal karena menyia-nyiakan waktu yang berharga itu. Waktu yang mungkin takkan pernah kudapat lagi. Waktu yang sekarang hanya menjadi kenangan.

Jika suatu saat kamu membaca ini, waktu itu aku bahagia sekali lho. sungguh. 

Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai mengagumimu. Bahkan satu kata darimu saja kutunggui sepanjang hari. Tidak pernah mengeluh betapa membosankannya kamu. Tidak pernah menggerutu betapa kamu tidak memperdulikan keberadaanku. Karena, seperti yang pernah ku katakan; Yang ku inginkan hanya terus berada disisimu. Menjadi temanmu saja sudah lebih dari cukup. 

Karena memilikimu bukanlah kapasitasku. Puncak kau berdiri terlalu tinggi, sehingga membuat kakiku tak sanggup mendaki.

Waktu terus berlalu. Kamu tetap seperti dirimu biasanya. Namun tidak untukku. 

Aku bisa memikirkanmu puluhan kali dalam sehari. Membawamu kedalam setiap aktivitasku. Menyebutkan namamu dalam diary keluh kesahku. Sungguh suatu hal yang tak pernah ku lalukan sebelumnya.

Namun sayangnya, kebiasaan itu pada akhirnya membuatku tercekik. Membuatku frustasi. 

Pada akhirnya yang kulakukan hanya terus berdoa kepada Tuhan agar kau dijauhkan dariku dan aku bisa terbebas dari kebiasaan tersebut.

Dan Tuhan mengabulkannya, kan.

Kini untuk mengatakan 'hai' saja begitu berat untukku. Terlebih lagi kamu. 

Namun harapanku; kamu tetap mengingatku sebagai seorang teman yang pernah marah-marah padamu. Seorang teman yang sangat frontal sehingga kamu mengajariku untuk lebih mempertimbangkan banyak hal saat ingin berbicara. Dapat mengontrol diri dan tidak menjadi egois. Itu nasehatmu..

Lucunya, aku begitu patuh terhadap nasehatmu. kuingat disetiap celah waktuku. Bahkan saat mengingatnya, senyum lebar terukir di wajahku. Sebegitu berpengaruhnya kamu..

Ahiya, jika ditanya apa yang membuatku begitu mengagumi, aku dapat menjawabnya dengan cepat.

He speaks manly and the way he thinks about something is fuckin positively. 

the way you speak is my favorite thing, lho. Itulah mungkin alasan mengapa aku tetap tidak masalah dengan betapa cueknya kamu. Namun saat kamu tidak menghiraukanku, rasanya sangat menyedihkan.

Jika suatu hari kamu membaca ini, aku berharap kamu masih mengenangku sebagai seorang wanita yang begitu kagum padamu, mendengarkanmu dengan baik, bahkan akan berdemo dalam chatroom mu jika sesuatu terjadi. 

Tau gak sih, karena terbiasa menceritakan apapun padamu, aku terus reflect menulis berbagai macam keluhan ke chatroom mu. Sampai akhirnya aku tersadar, Ahiya, kita sekarang adalah stranger. 

Hal yang paling kubenci adalah menjadi jauh dengan orang-orang yang awalnya sedekat nadi. Namun begitulah alam semesta bekerja kan? 

Kita tidak bisa terus berdiam di tempat yang sama, kan?
Sampai akhirnya kita memutuskan beranjak mencari tempat berteduh yang lebih baik.

Kita tidak bisa menggenggam hal yang sama, kan?
Kehilangan adalah hal yang tidak diinginkan namun saat kenyataan menggeroti, genggaman yang erat sekalipun pada akhirnya terlepas juga.

Begitupun kamu..   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar