My title page contents

Minggu, 26 Maret 2017

the first love story




             
Kamu mungkin sering mendengar tentang cinta pertama tidak pernah berakhir bahagia. Benar. Ntahpun karena tangan yang digapai itu begitu mulia sehingga begitu susah diraih, begitu berkelas sampai kelas-ku tak sanggup menyeimbanginya, ataupun karena tuhan begitu baik dalam menulis garis takdir.

Dia yang terpopuler. Sehingga semua mata memandang kearahnya. Begitu pintar. Sehingga semua orang kagum padanya. Dia begitu percaya diri dalam berjalan, seolah dunia hanya berputar untuknya. Dia begitu lebar tertawa, seolah dunia hanya tercipta untuknya. Dia begitu bahagia menjalani hidupnya, seolah tuhan hanya melihat kearahnya. Hanya mata-mata kagum yang memandang kearahnya. Mata-mata pencinta. Mereka menatap seolah hanya dia karya tuhan yang paling indah. Mereka berdusta. Tidakkah ia melihat kebelakang sebentar saja? Melihat begitu banyak hati yang memberi ruang untuknya? Mengagumi serta mencintainya?. Beginilah kisah anak populer yang memberi sejarah panjang untuk hati-hati gadis remaja yang masih belum mengerti bagaimana cinta tumbuh dan bagaimana cinta merubah segala aspek dalam hidup. Mereka hanya tau bagaimana menyukai seseorang. Bagaimana mengagumi seseorang. Bagaimana lari bersembunyi saat pria yang dikagumi itu berjalan kearahnya. Tidak. Tidak kearahnya. Hanya berjalan kearah yang sama. Tapi bagaimana dia menyimpulkan sedemikian rupa?.

Hatinya berdegup kencang seakan pria itu akan berhenti tepat dihadapannya. Meledup-ledup seakan darahnya mengalir begitu saja. Tidak. Dia hanya berangan-angan. Pria itu terus berjalan bahkan tidak menyadari kehadiran sepasang mata yang terus mengamati nya. sepasang mata yang mencerminkan kekaguman yang mendalam. Sepasang mata yang terus memancarkan isi dihatinya.

Dia lewat begitu saja. Seperti angin yang menghembuskan daun di ranting-ranting kering. Seperti air yang mengalir mengikuti arusnya.Dia terus begitu.

Tapi gadis itu tidak pernah mundur. Biarpun jurang dibelakangnya selalu siap menarik kakinya. Biarpun si pria tampan selalu siap mendorongnya. Namun rasa sukanya tak pernah pudar. Tak pernah lekang. Tak pernah sekalipun menariknya untuk menyerah.

Dia terus berdiri. Tegar. Biarpun musim terus berganti. Membuatnya lemah. Angin musim kemarau begitu menyiksa hatinya. Menerpa tanpa pamrih. Menutup ruang-ruang kecil dihatinya. sehingga si pria tampan sedikit demi sedikit hilang. Melebur bersamaan dengan angin yang bertiup mesra. Tapi hatinya terus percaya diri. Seolah pengorbanan nya begitu indah. seolah penantiannya begitu berharga. Kakinya terus menopang tubuhnya. Meskipun hujan membuatnya gemetar. Musim dingin membuat semangatnya gentar. Tapi tidak melunturkan rasanya.

Sebegitu berhargakah cinta petamanya?. Sampai pria itu pun lelah mematahkan hatinya. Semangatnya tak pernah goyah. Gadis kecil terus mencintai sampai ia sadar akan waktu yang ia lewati hanya untuk pengorbanan yang sia-sia. Perasaan yang terus menjeratnya sampai ia tak bisa melepaskan diri. Merenggut batin dan pikirannya. Terbutakan oleh rasa yang hanya membuatnya makin menyadari betapa tak pantasnya ia untuk dicintai....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar